Sejarah Nagari
Sejarah Nagari Sariak Laweh
Menurut cerita yang diperoleh dari nenek moyang scara turun menurun, Dahulu kala, di zaman antah barantah, tersebut riwayat.Suatu pagi yang cerah, turunlah sekelompok orang dari puncak gunung Merapi (Kabupaten Agam) mengarah ke Timur, rombongan sebanyak 50 (lima puluh) orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan itu menjelajah hutan rimba. Dalam perjalanan mereka menggunakan Matahari sebagai pedoman atau penunjuk arah. Perjalanan yang tak jelas maksud dan tujuan, dimana letih mendera disitu beristirahat.
Ketika sore menjelang, matahari hampir terbenam. Sampailah rombongan itudisuatu dataran rendah dengan pepohonan yang jarang, sehingga dapat dikatakan bukan hutan belantara lagi. Seiring terbenamnya matahari di ufuk barat, rombongan memutuskan untuk beristirahat, bermalam ditempat itu menunggu pagi menjelang untuk melanjutkan perjalanan.
Betapa terkejutnya rombongan, ketika pagi telah tiba. Anggota rombongan berkurang sebanyak 5 (lima) orang. Perdebatanpun terjadi, sakwasangka dan was-waspun menghantui. Setiap orang dari mereka saling bertatapan, saling curiga, penuh selidik. Namun tak satu orangpun mengetahui, prihal hilangnya 5 (lima) orang itu. Setiap yang ditanya menjawab “ntah”. Hal itu menyebabkan perpecahan dalam rombongan. Kejadian tersebut diabadikan dengan menamai tempat itu“Padang Siantah”.
Kini rombongan itu berjumlah 45 (empat puluh lima) orang, 5 (lima) orang diantaranya merubah arah tujuan mereka menuju kearah Barat. Satu hari perjalanan, sampailah mereka disebuah lembah yang diapit perbukitan lembah rawa-rawa kering yang dipenuhi tumbuhan “soriak” (sejenis bambu).
Seketika, 5 (lima) orang itu terperangah , ketika mereka melihat asap membubung keudara dari puncak bukit dikedua sisi lembah. Dengan penuh harap, mereka bergegas menuju puncak bukit, dimana asap tersebut berasal. Ternyata benar, asap itu berasal dari api unggun. (Konon, sipembuat unggun juga berasal dari Kabupaten Agam) 5 (lima) orang diterima dengan baik, dan disaat selanjutnya mereka telah menjadi keluarga dan memulai sebuah kehidupan baru, di puncak bukit Utara dan Selatan lembah.
Hari berganti minggu, minggu berganti tahun, bertahun terlewati, terbentuklah pemukiman ditengah lembah, yang disebut taratak ( istilah bahasa untuk tempat pada masa itu ), guna menjaga keamanan taratak dari gangguan binatang buas dan musuh lainnya, penduduk taratak membuat parit dan pagar yang mengelilingi seluruh taratak, seperti di Utara, di kawasan Selatan hal yang sama juga terjadi. Juga terbangun pemukiman di atas bukit, sesuai dengan bahasa pada waktu itu disebut koto.
Berbilang tahun berlalu, taratak dan koto semakin sempit, maka penduduk taratak dan koto membuka hutan baru, mereka menebangi pohon-pohon gadang (beringin besar) untuk tempat pemukiman. Pembukaan hutan yang cukup luas. Didaerah yang baru dibuka itu, tak hanya tempat m\pemukiman yang dibangun, melainkan juga rumah ibadah (masjid) dan tempat musyawarah (balai), maka jadilah daerah baru itu sebagai perkumpulan pemukiman yang besar atau nagari yang besar atau pemukiman yang luas. Setelah Taratak Baparik Bapaga, Koto Babalai Bamusajik maka terbangunlah Nagari
Demikianlah, lembah yang tadinya dipenuhi tumbuhan Soriak Lowe menjadi nagari yang bersuku, berkaum-kaum, sampai sekarang.
Nagari sariak Laweh berdiri berdasarkan Undang – Undang Nomor 5 tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa, dan Pada tahun 1983 Nagari Sariak Laweh di bagi menjadi dua Desa, Sejarah Pemerintahan Nagari Sariak Laweh dapat dilihat dari tabel berikut :